News
News & Events

Konsumsi Tepung Terigu Meningkat, Bungasari Siapkan Ekspansi

06 Apr 2018

Bandung - Potensi pasar tepung terigu di Indonesia masih sangat tinggi. Saat ini, rata-rata konsumsi terigu di Indonesia baru mencapai 25 kilogram/tahun per kapita. Salah satu faktor penting yang meningkatkan tingkat konsumsi tepung terigu adalah tepung terigu sangat mudah untuk diolah menjadi berbagai makanan seperti mi, roti, biskuit, cake, martabak, dan sebagainya.

Sales & Marketing Director PT Bungasari Flour Mills, Budianto Wijaya, mengatakan, kemudahan pengolahan tepung terigu ini, mampu menggairahkan industri makanan baik yang besar maupun yang kecil terutama sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Pertumbuhan pasar tepung terigu juga ditopang pula oleh peningkatan pendapatan masyarakat dimana faktor ini menciptakan kebutuhan masyarakat akan makanan yang lebih bervariasi.

"Permintaan akan tepung terigu di Tanah Air diperkirakan bakal terus tumbuh ke depannya," tutur Budianto, di sela-sela gelaran BIFHEX 2018 di Grand Ballroom Sudirman, Bandung, Jumat (6/4).

Menurutnya, maraknya pertumbuhan industri pengolahan makanan dan kuliner seperti kafe, bakery, atau restoran, membuat kebutuhan tepung terigu terus tumbuh seiring pula dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi. "Selain itu, Indonesia mulai dikenal sebagai salah satu poros ekspor industri pangan di antaranya produk biskuit yang berbahan baku terigu," tambahnya.

Budianto mengatakan, bertumbuhnya industri terigu Indonesia telah diyakini pihaknya sejak kali pertama menancapkan bisnisnya di Indonesia pada tahun 2012. Memulai membangun pabrik canggih di Kawasan Industri Krakatau, Cilegon, Banten. Pabrik tepung terigu ini memiliki fasilitas paling modern di Indonesia ini, mengadopsi sistem pengolahan gandum yang canggih dan modern.

"Keberadaan pabrik ini juga kami anggap sebagai fase atau penanda bagi Bungasari masuk ke pasar tepung terigu nasional," jelasnya.

Menurut Budianto, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kapasitas produksi pabrik Bungasari di Cilegon sudah terpakai dalam kondisi maksimal. "Dikarenakan tingginya permintaan pasar yang saat ini tidak bisa diimbangi oleh kapasitas produksi di pabrik yang ada, maka ekspansi tidak terelakkan lagi," jelas Budianto.

Untuk tahun 2018, perusahaan hasil sinergi dari FKS Group (Indonesia), Toyota Tsusho Corp (Jepang) dan Malayan Flour Mills Berhad (Malaysia) ini memasuki tahap awal dari periode ekspansi perusahaan. Belum lama ini, Bungasari melakukan ground breaking untuk perluasan pabrik di Cilegon, dengan membangun fasilitas produksi dan silo (penyimpanan) fase kedua di lahan pabriknya. "Perluasan ini akan membuat kapasitas produksi Bungasari meningkat dua kali lipat," kata Budianto.

Langkah ekspansi lanjutan setelah melakukan perluasan kapasitas pabrik di Cilegon adalah membangun sebuah pabrik baru di kawasan Medan, Sumatera Utara (Sumut). "Rencana ini dilandasi untuk memenuhi tingginya permintaan terigu di berbagai daerah terutama di dareah Sumatera bagian utara serta Kepulauan Riau," ujarnya.

Menurut Budianto, pertimbangan pemilihan lokasi di Medan ini juga dikarenakan masih belum banyaknya produsen tepung terigu yang mampu melayani permintaan dalam kapasitas besar di kawasan tersebut. "Diharapkan pada tahun 2020, fasilitas produksi Bungasari di Medan sudah rampung dan mulai beroperasi," pungkasnya.

Source